Sign System at Muscat – Oman
(Destination Branding, tulisan ke 1 dari 2 tulisan)
Sebelum membaca ini saya sarankan ambil cangkir dan buatlah kopi panas atau teh ditemani cheese cake. Maka akan lebih syahdu sambil membayangkan suasana kota didaerah timur tengah yang sepi, rapi, bagus, dengan pemandangan indah perkotaan.
Kalau saya boleh meminjam kalimat sahabat saya M Arief Budiman. Kawan satu tim Branding Aceh beberapa waktu lalu. Ketika sebuah kota mendeklarasikan diri sebagai kota wisata dengan berbagai kampanye city branding nya maka “Seluruh area kota itu ibarat ruang tamu yang harus siap menerima siapa saja yang berniat berkunjung”. Kalau dikatakan disitu ruang tamu maka sebuah kerapian, kebersihan, keramahan tuan rumahnya, kenyamanan tempat duduknya, hidangan yang disediakan, adalah persyaratan standart yang harus dimiliki. Bukan lagi hal yang perlu diperdebatkan. Betul?
Ok. Kita tidak akan membahas seluruh aspek didalam destination tourism diatas. Biar nggak terlalu melebar, saya akan membahas satu saja biar fokus yaitu aspek kerapian dan keindahan oleh-oleh dari 9 hari saya road show bisnis di Oman – Dubai – Abu Dhabi. Yaitu… kita akan membahas Sign System kota.
Apa itu sign system? Sebuah tanda untuk mempermudah kita mendapatkan informasi arah ataupun tujuan kita untuk bepergian. Sign System juga dikenal sebagai cara sebuah kota memperlihatkan seberapa banyak tempat-tempat bagus yang dimiliki. Sign system bisa juga berupa symbol atau iconic tertentu yang sudah menjadi konvensi (kesepakatan) internasional yang terpajang di sepanjang jalan atau keramaian untuk menyampaikan informasi tentang sesuatu.
Macamnya seperti traffic sign, commercial sign, way finding dan safety sign. Traffic sign jelas diperuntukkan sebagai symbol lalu lintas. Commercial sign lebih pada petunjuk atau informasi tempat-tempat bisnis-kampus-wisata. Way finding adalah sign yang ditempatkan pada gedung, atau di area public sebagai pemandu arah dan berbagai fasilitas yang ada didalamnya.
Sedangkan safety sign adalah symbol untuk peringatan keselamatan yang ada dijalan, atau di saat pembangunan gedung atau jalanan di kota yang memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi.
Atau… Silahkan terserah saja kalau ada bahasa definisi lain yang lebih tepat. Tapi kira-kira itu ya garis besarnya.
Lanjut.
Pagi itu Jumat, 10 November 2017 jam 03.00 waktu setempat, saya dan compatriot saya mas Arief Fatoni dan mas Iqbal Faiz mendarat di bandara di Muscat – Oman setelah menempuh 12 jam perjalanan transit Dubai dari Jakarta. Dijemput sahabat kami mas Pajang. Orang Jogja yang sudah tinggal di Muscat 16 tahun. Bekerja di perusahaan minyak terbesar di Oman.
Kamipun melangkah gembira menuju parkiran. Pertama kali menginjakkan kota yang keindahannya baru sebatas kami lihat di internet. Langsung! Pose di depan sign “EXIT” kampungan kan? Hehehehe.
Next, paginya kami diajak mas Pajang sarapan di warung Pakistan. Beberapa sign system sempat saya ambil gambarnya selama perjalanan. Menurut saya, desain yang disuguhkan biasa saja. Font nya aja pakai arial. Tapi kesan rapi itu kuat. Mungkin karena environment nya mendukung ya. Tidak ada kabel listrik atau telpon yang ada di depannya, tidak ada baliho atau billboard yang mengganggu pandangan. Semuanya rapi dan enak dipandang. Bayangan langsung lari ke tanah air. Tempat tinggal saya di Jogja. Ruwet, sign system banyak ketutup objek-objek lainnya, nggak rapi, banyak spanduk dan baliho yang kena angin trus miring, billboard yang dipasang tidak memikirkan lingkungan sekitarnya. Menutup bangunan bagus, objek bagus, dll.
So… bisa dibayangkan kan? Ketika ada wisatawan. Dari sembarangan saja memandang, Muscat tetap selalu cantik untuk menjadi background foto. Bahkan ketika berfoto didepan sign sistemnya. Tapi nggak papa. Di Jogja ada papan nama Jl Malioboro yang fenomenal. Semua wisatawan berebut berfoto bersamanya. Hehehehe menghibur diri.
Naaah kawan-kawan, salah satu penilaian bagus atau tidaknya sebuah kawasan kota dalam menerima wisatawan salah satunya adalah bagaimana sign system itu ditampilkan. Akan banyak sekali koordinasi yang akan dilakukan ketika kita akan membuat sebuah kawasan. Koordinasi antara pemerintah kota/kabupaten, dinas tata kota, dinas pariwisata, dll. Keren atau tidaknya tampilan sign system pun adalah hasil koordinasi yang luarbiasa dari berbagai pihak. Sang designer sign sistem tentu akan berupaya menciptakan design yang bagus dan ideal karena telah melalui uji research dan pendalaman environment. Namun se keren apapun tampilan desain tidak akan pernah terlihat bagus ketika pemasangangannya tidak didukung aturan main yang bener agar kota tampak sebagai ruang tamu.